Minggu, 07 Maret 2010

cerpen

PATAH

Aku berlari kencang dengan air mata yang terurai deras di pipi. Pedih rasanya menerima kenyataan pahit ini. Aku terus berlari tanpa arah, aku tak peduli akan gelapnya malam yang tanpa rembulan, atau dinginnya hari yang begitu menusuk tulangku. Aku benar-benar tak peduli semuanya.

Masih teringat jelas Juni 2008 lalu, awal dari semua kisah. Awal aku bertemu dia, dia pembina ospek 2008 di universitasku, namanya Randy, mahasiswa Sastra Indonesia semester 6. Randy begitu mempesona, cara membimbingnya yang unik, kejeniusan otaknya dan kata-kata motivatornya yang membuat kami termotivasi begitu mempesonakan teman-temanku, termasuk aku. Ya, berawal dari rasa kagum, hingga akhirnya rasa ini ada.

2 bulan sudah kita saling mengenal, dan entah mengapa aku dan kak Randy begitu dekat, kita sering curhat berdua, jalan berdua, atau sekedar menghabiskan malam minggu berdua. Huh.. rasanya begitu ingin kembali ke masa itu. Kita mencoba mengenal satu sama lain, memahami karakter masing-masing, dan mencoba untuk lebih dekat. Hingga kemudian rasa ini hadir dengan perlahan tapi pasti. Aku mulai mengharapnya lebih dari seorang kakak, atau sahabat yang bisa berbagi setiap waktu, aku mulai mencintainya. Mungkin kak Randy tahu tentang perasaanku, karena aku sering memujinya, atau karena mulut sahabat-sahabatku yang tak bisa diam ketika kami berdua, ahh.. apapun itu, setidaknya aku bisa tenang karena kedewasaan kak Randy yang tak menghiraukan mulut-mulut yang begitu usil itu.

Aku dan kak Randy semakin dekat, kak Randy sering mengirimiku puisi-puisinya, begitupula aku. Kak Randy pun sering membuat kejutan-kejutan kecil yang bisa membuatku tersenyum bahagia. Tapi hubungan kita mengalir begitu saja, tanpa sesuatu yang pasti. Sebenarnya aku sakit dengan HTS ini, karena jujur aku takut kak Randy hanya menganggap aku “adiknya”. Namun setidaknya aku bahagia bisa mengenalnya, dekat dengannya, dan tahu banyak tentangnya, walaupun “tanpa status”.

Hingga pada Mei 2009, entah ada angin apa, kak Randy mencurahkan semuanya, termasuk aku. Mungkin karena dia dan aku lelah dengan semua keadaan ini. Entah harus bagaimana aku saat itu, karena satu sisi aku tenang bisa mengungkapkan semua dan tahu isi hatinya, namun sisi lain aku sakit ketika kak Randy mengatakan “biarkan hubungan kita mengalir dengan ketulusan, meskipun tanpa status, biarkan waktu yang membawanya” seketika air mataku mengalir lembut di pipiku. “sekarang terserah kamu, mau bersikap bagaimana sama aku” dia melanjutkan ucapannya. Lalu kamipun terdiam membisu. Dan aku memutuskan untuk tidak berubah sikap.

Hingga kemudian ada sesuatu yang begitu melukaiku, Sesuatu yang begitu ku takutkan terjadi, kak Randy mencintai orang Lain!! Saat itu aku benar-benar hancur, luka hati berdarah lagi. Dia mencintai Fia, wanita berjilbab yang di kenalnyasaat ada seminar di daerahnya, dia mengatakannya padaku. Kenapa?? Kenapa dia harus jujur tentang kenyataan yang menyakitkan itu?? Tapi aku tetap berusaha bertahan dengan rasa ku, aku tetap akan mencintainya, walau aku tahu aku kan terluka, tapi aku tak peduli, bukankah cinta yang tulus itu cinta yang memberi tanpa pamrih?

Hari berganti hari, tapi aku masih tetap mengharapkannya, walaupun kita semakin menjauh, ya... aku pun tahu kenapa. Hingga pada oktober 2009 sesuatu yang begitu menyakitkan kembali lagi, bahkan lebih menyakitkan. Kak Randy mengabarkan bahwa sekarang dia telah jadian dengan Kak Fia…!!! Tuhan…. Mengapa ini harus terjadi??

Dan kini di tengah malam, dinginnya hari, dan derasnya hujan aku di sini… Mencoba menenangkan diri atas semuanya.. mencoba menyembuhkan luka, walau aku tak yakin bisa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar